Beberapa kegiatan kita dengan smartphone sebenarnya ada yang hanya mitos. Yang jadi pertanyaannya adalah yang mana? Mitos terbesar smartphone ini bahkan ada yang datang dari zamannya handphone tahun 2000-an. Daripada anda melakukan mitos tersebut, lebih baik anda baca artikel ini untuk mendapatkan faktanya.
5 Mitos Terbesar Smartphone: Masihkah Anda Melakukannya?
Di artikel ini, mari kita bahas mengenai 5 mitos terbesar smartphone. Dan silahkan anda cek diri anda sendiri, apakah anda masih melakukannya? Jika iya, maka anda sebaiknya berhenti saja. Di artikel ini, anda juga akan mendapatkan fakta dan penjelasan logis, kenapa hal tersebut adalah mitos. Langsung saja, ini dia artikelnya.
1. Mengecas baterai smartphone hingga penuh akan merusak baterai
Mitos: Salah satu mitos yang masih dipercayai dari zamannya handphone pada tahun 2000-an hingga saat ini adalah anda tidak boleh mengecas terus-menerus baterai anda. Misalnya, anda sudah mengisi baterai anda hingga 100%, namun anda tidak mencabut casnya. Bahkan, ada yang percaya bahwa baterai akan ‘kembung’ jika casnya tidak dicabut. Ini diakibatkan karena arus listrik yang terus-menerus masuk ke smartphone, sehingga akan merusak baterai.
Fakta: Seperti namanya, ‘smart’ phone sangatlah pintar dalam mengurus daya yang masuk. Semua smartphone yang kita miliki dapat mengetahui dan mengatur kapan arus listrik berhenti dan kapan harus mengalir. Jika baterai smartphone mu mencapai 100%, maka smartphone akan berhenti mengisi daya.
Dilansir dari Digital Trends, inilah kutipan dari perkataan co-Founder Farbe Technik, perusahaan yang membuat aksesoris charger.
“Leaving your phone plugged in overnight is okay to do, it will not drastically harm your device,” says Shane Broesky, co-founder of Farbe Technik, a company that makes charging accessories. “Your phone is very smart. Once it’s fully charged, it knows when to stop the current from coming in to protect your phone from overcharging.”
So far so good, but there are situations when leaving that smartphone plugged in overnight can slowly reduce the lifespan of your battery.
“Lithium-ion batteries can react poorly if your phone experiences elevated temperatures, leading to a damaging effect,” explains Shane. “If you have a case on your device that does not allow heat to escape, this heat will increase the temperature of the battery and will cause cell oxidation, which will shrink the capacity and shorten the lifespan.”
Maksudnya adalah bahkan anda tinggal smartphone anda di cas selama semalaman, perangkat anda tidak akan ‘menurun secara drastis’. Disini, saya kutip yang bagian ‘menurun secara drastis’. Maksud dari kalimat tersebut adalah saat anda mengecas smartphone, perangkat anda akan menghasilkan panas. Nah, panas tersebutlah yang membuat baterai smartphone anda menurun, bukan karena anda mengecas berlebihan.
Kesimpulan: Silahkan anda cas dan tinggal saja smartphone anda, walaupun sudah penuh. Namun, perhatikan kondisi ruangan dan kondisi smartphone anda. Jika suhu ruangan anda normal dan smartphone anda tidak menggunakan aplikasi apa-apa selama dicas, maka smartphone anda akan baik-baik saja. Lebih baik lagi jika smartphone anda dimatikan selama dicas.
2. Menutup aplikasi dapat mempercepat smartphone
Mitos: Smartphone seperti Android, iPhone, atau pun Windows 10 Mobile memiliki cara untuk menutup aplikasi yang sedang berjalan. Dengan menutup aplikasi, memori yang terpakai di RAM jadi berkurang dan akhirnya Android terasa lebih cepat.
Fakta: Hal diatas hanya berlaku untuk smartphone low-end atau perangkat yang hanya memiliki RAM sebesar 1 GB (kecuali iPhone). Jika RAM yang anda miliki 2 GB atau lebih, menutup aplikasi hanya membuat RAM anda jadi tidak berguna. Bahkan, seharusnya anda menggunakan RAM smartphone anda hingga penuh dengan cara membiarkan aplikasi tidak anda tutup.
Android dan iOS memiliki batasan terhadap aplikasi yang dapat berjalan di latar belakang. Ketika anda beralih dari satu aplikasi ke aplikasi lain, maka aplikasi sebelumnya akan tersimpan di RAM. Sehingga, ketika anda membuka aplikasi tersebut kembali, terbukanya akan jauh lebih cepat dibandingkan anda menutup aplikasi tersebut. Aplikasi yang berjalan di latar belakang pun terbatas dalam hal pemakaian sumber daya RAM.
Ketika aplikasi yang berjalan terlalu penuh, sistem operasi smartphone anda akan menutup aplikasi yang sekiranya layak untuk ditutup (contohnya menutup aplikasi yang paling terakhir anda buka).
Dikutip dari Wired, inilah potongan paragraf yang saya ambil.
Wrong. In the last week or so, both Apple and Google have confirmed that closing your apps does absolutely nothing to improve your battery life. In fact, says Hiroshi Lockheimer, the VP of Engineering for Android, it might make things worse.
Kutipan ini dikatakan oleh Hiroshi Lockheimer, selaku VP of Engineering untuk Android. Ia berkata bahwa menutup aplikasi bahkan membuat semuanya jadi lebih buruk. Itu karena Android dan iOS sudah sangat pintar dalam menutup aplikasi yang tidak diperlukan secara otomatis, tanpa perlu campur tangan dari pengguna.
Kesimpulan: Apapun aplikasi yang anda buka dan seberapa banyak aplikasi tersebut tidak berpengaruh terhadap kecepatan smartphone anda. Android, iOS, Windows 10 Mobile akan menutup aplikasi secara otomatis jika memang RAM sudah penuh.
3. Semakin banyak Megapixel, kamera smartphone semakin bagus
Mitos: Banyak orang saat ini yang berburu smartphone dengan jumlah megapixel yang menjadi patokan. Semakin banyak Megapixel-nya (MP), maka kualitas kamera semakin bagus.
Fakta: Jumlah Megapixel (MP) tidak berpengaruh dengan kualitas gambar yang diproduksi. Contohnya adalah anda membeli smartphone dengan kamera 25 MP. Itu artinya, jika anda mengambil foto, ada 25 juta piksel didalam satu gambar tersebut. Itu merupakan jumlah yang sangat besar!
Namun, jumlah piksel yang besar hanya membuat foto anda dapat di-zoom in beberapa kali lebih banyak dibandingkan smartphone dengan MP kecil. Misalnya, anda mengambil foto dari smartphone 8 MP dan juga 25 MP. Jika anda zoom in kedua hasil foto tersebut, maka smartphone 8 MP hasil fotonya akan pecah-pecah jika di zoom-in berulang kali. Tidak seperti yang 25 MP yang tetap tajam.
Keunggulan MP besar hanyalah itu saja. Untuk kualitas gambar, ada faktor lain yang menentukan. Seperti besarnya aperture/bukaan, jumlah lensa, jenis sensor, dan lain-lain.
Dilansir dari Gadget House, berikut kutipan paragrafnya:
So now you know that the mere MP count in the spec-sheet doesn’t reveal much. The Camera quality depends on its ability to capture ample light even under low light conditions so as to accurately duplicate surrounding colors. Apple and Nokia have managed to work wonders with their 8 MP camera modules and Domestic branded phones like Xolo Q1010i and Lava Iris 504Q+ tend to do things differently by focusing beyond MP count.
Paragraf diatas mengatakan bahwa besarnya MP tidak mempengaruhi kualitas gambar. Kualitas gambar itu tergantung dari kemampuan perangkat untuk mengambil cahaya dengan akurat, walaupun di kondisi yang gelap. Contohnya saja Apple dengan iPhone 4S hingga iPhone 6 yang memiliki kualitas foto yang sangat bagus, namun MP-nya kecil, hanya 8 MP saja.
Kesimpulan: Ketika anda ingin membeli smartphone, abaikan saja jumlah MP-nya. Fokus ke detail spesifikasi kamera yang lain seperti aperture, sensor, dan spesikasi lensanya saja. Karena sekali lagi, jumlah Megapixel tidak mempengaruhi kualitas gambar.
4. Mengecas harus menggunakan charger saat membeli smartphone
Mitos: Smartphone yang dibeli pastinya ada charger. Orang-orang biasanya tetap menggunakan charger dan kabel yang diberikan dari smartphone tersebut. Jika menggunakan charger dan kabel dari perusahaan lain (pihak ke-3), maka akan merusak baterai. Karena biasanya, charger dari perusahaan lain memiliki daya yang berbeda, bisa lebih rendah, dan bisa lebih tinggi.
Fakta: Anda dapat menggunakan charger dan kabel dari perusahaan apapun untuk mengecas smartphone anda. Entah smartphone anda dari Lenovo dan chargernya dari punya teman anda dengan merk Asus, smartphone anda akan tetap baik-baik saja. Pengecualian terjadi ketika anda menggunakan charger KW/palsu. Jangan sampai anda menggunakan charger seperti itu, karena tidak ada garansi dari produsennya dan kualitas perangkatnya pasti rendah.
Pastikan merk charger anda adalah merk yang sudah anda kenali dan charger-nya asli. Tidak masalah anda menggunakan charger milik teman anda. Jika daya yang dihantarkan lebih kecil ataupun lebih besar, itu tidak akan merusak baterai anda. Itu hanya berpengaruh terhadap kecepatan pengisian. Jika ampere-nya tinggi, smartphone secara otomatis mengatur ampere yang masuk, sehingga tidak kelebihan dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika lebih rendah, maka kecepatan pengisiannya biasanya akan lebih lambat.
Kesimpulan: Apapun merk charger anda, selagi asli dan merknya sering anda dengar, smartphone anda tetap aman dan baterai akan bekerja seperti biasa.
5. Android lebih sering mendapatkan virus daripada sistem operasi lainnya
Mitos: Pengguna Android lebih rentan terkena malware jika dibandingkan dengan sistem operasi lainnya. Perangkat iPhone, Lumia, dan BlackBerry lebih kuat dibandingkan dengan Android untuk urusan malware jahat.
Fakta: Pernyataan ini mencuat karena banyak sekali orang yang komplain mengenai virus di smartphone Android-nya. Apalagi pengguna Android mencapai 80% lebih, sehingga laporan Android terkena malware jahat lebih banyak dibandingkan sistem operasi lainnya.
Tidak ada sistem operasi yang kebal terhadap serangan malware jahat apapun, termasuk iOS dan Windows. Dan malware jahat yang ada di dalam Android itu diakibatkan karena ulah penggunanya sendiri. Kita semua tahu, bahwa pengguna Android dapat memasang aplikasi diluar dari Play Store dengan file berformat APK. Sedangkan sistem operasi lainnya tidak memilikinya. Dan dari APK tersebutlah, biasanya malware jahat dapat menginfeksi smartphone anda.
Dikutip dari Lifehacker, berikut kutipan paragrafnya:
Android Is Secure…Users Aren’t
Android as an operating system is very secure. It has multiple layers of protection to keep malware at bay, and it requires your specific permission to do almost anything that could lead to your data or the system being compromised. However, Android is an open system that trusts you the user and its community of developers to do the right thing. If you want to, you can give away a lot of permissions, and even access to deeper parts of the system if you’ve rooted your phone.
Dari judulnya saja, bisa anda artikan sendiri. “Android aman… Pengguna yang tidak”. Dari paragraf tersebut, diketahui bahwa Android memiliki beberapa lapisan untuk melindungi dari malware jahat. Karena Android bersifat terbuka, para developer dan pengguna dapat melakukan apa saja terhadap Android dengan mengandalkan kepercayaan untuk menggunakan Android sebaik mungkin. Untuk developer, mereka bisa membuat aplikasi yang dapat berbuat apa saja. Sedangkan pengguna, dapat melakukan rooting untuk mendapatkan lebih banyak hak akses.
Namun semua akan berbeda ketika Google memiliki peraturan agar aplikasi dapat berjalan di Android. Ya, Google Play Store adalah tempat pengecekan aplikasi sekaligus jembatan aplikasi menuju ke pengguna. Semua aplikasi dari developer yang ingin di distribusikan di Play Store harus mengikuti semua peraturan dari Google. Dan yang pastinya, Google tidak akan ngawur dalam memberikan izin aplikasi untuk ada di Play Store.
Kesimpulan: Dapatkan aplikasi hanya melalui Play Store. Jika anda mendapatkan dari tempat lain, apalagi dari APK, Google tidak menjamin perangkat anda bebas malware.
Kesimpulan
Dari semua mitos di atas, yang mana yang paling dulu anda percaya? Di artikel ini, semuanya sudah jelas bahwa itu semua hanya mitos dan anda tidak perlu berpikir seperti itu lagi. Jika anda memiliki mitos yang lain, silahkan tulis di kotak komentar dibawah ini.
Sekian artikel 5 Mitos Terbesar Smartphone: Masihkah Anda Melakukannya? Semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa untuk Like Facebook Windowsku untuk mendapatkan artikel menarik lainnya.