Akhir-akhir ini, berita mengenai kasus Apple VS FBI terus menjadi perhatian. Bukan hanya Apple dan FBI saja yang tersangkut masalah ini, perusahaan lain pun ikut turut serta dalam pertarungan ini. Lalu, apakah anda sebagai konsumen terpengaruhi oleh berita ini?
Apple VS FBI: Pertarungan Sengit Tentang Privasi Dan Dampaknya Kepada Anda
Di artikel kali ini, saya akan mencoba membahas apa sebenarnya yang terjadi antara Apple dan FBI dan bagaimana kasus tersebut dapat mempengaruhi kita semua sebagai konsumen produk teknologi. Lalu, bagaimana reaksi perusahaan lain mengenai kasus ini. Mari kita simak bersama.
Apa sih latar belakang dari kasus ini?
Kasus ini mencuat lantaran FBI meminta Apple agar membuat sebuah software baru, dimana FBI dapat mengakses iPhone secara bebas. Setiap iPhone memiliki fitur enkripsi data, sehingga hanya pengguna iPhone saja yang dapat membuka data-data tersebut. Nah, FBI meminta Apple agar FBI dapat mendekripsi iPhone dengan software baru tersebut. Hal ini merupakan yang paling dominan dari 11 tuntutan yang diminta oleh FBI.
Mungkin anda bertanya-tanya, kenapa FBI tiba-tiba melakukan hal tersebut? Ini semua dikarenakan kasus terorisme yang terjadi di San Bernardino, California pada bulan Desember 2015 lalu yang menewaskan 14 orang dan 22 orang lainnya terluka. Dari pelaku terorisme tersebut, FBI menemukan iPhone 5C yang masih utuh. Namun, FBI tidak dapat mengakses data-data pelaku terorisme dikarekan fitur enkripsi yang adai di iPhone 5C dan iOS 8.
Akibatnya, FBI memiliki ide untuk meminta Apple agar dapat mengakses seluruh konten yang ada di iPhone. Tentu saja Apple tidak langsung memenuhinya.
Lalu, bagaimana Apple menanggapi permintaan FBI ini?
FBI sudah menuntut Apple dengan 11 permintaan tersebut dan sudah dibawa ke pengadilan. Hingga artikel ini diturunkan, Apple masih menolak permintaan FBI mengenai pembuatan software baru ini. Bentuk dari software baru menurut FBI adalah sebuah backdoor, dimana hanya FBI saja yang dapat mengaksesnya dengan cara Apple memberikan jalur khusus untuk FBI, agar FBI dapat mengakses seluruh informasi yang ada di iPhone.
Tim Cook, CEO dari Apple secara tegas menolak permintaan FBI. Tim Cook sendiri sangat menghormati FBI, namun Tim Cook tidak menyetujui permintaan FBI. Ia pun menuturkannya secara online mengenai pendapatnya tentang kasus ini.
The United States government has demanded that Apple take an unprecedented step which threatens the security of our customers. We oppose this order, which has implications far beyond the legal case at hand. This moment calls for public discussion, and we want our customers and people around the country to understand what is at stake. (Tim Cook, 16 Februari 2016)
Dalam Bahasa Indonesia, inilah artinya:
Pemerintah Amerika meminta Apple untuk mengambil langkah yang belum pernah Apple lakukan sebelumnya yang mengancam keamanan untuk pelanggan kami. Kami menentang permintaan ini, yang dapat menyebabkan implikasi diluar dari kasus ini. Peristiwa ini dapat dijadikan diskusi publik, dan kami ingin pelanggan kami dan orang-orang di negari ini untuk mengerti tentang apa yang dipertaruhkan disini.
Apple mengklaim di surat untuk pelanggan terkait masalah terorisme di San Bernardino, California bahwa software baru tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Walaupun kita semua mengerti kalau FBI adalah badan hukum negara, tidak ada jaminan bahwa FBI akan menggunakannya hanya untuk kebaikan.
Alasan utama Apple menolak adalah privasi
Apple sendiri sangat menjunjung tinggi privasi dari semua pelanggannya. Tim Cook berkata bahwa perusahaannya sama sekali tidak tertarik dengan data-data yang ada di pengguna iPhone. Bahkan, Apple sendiri tidak dapat meretas keamanan iPhone. Data yang berada di iPhone adalah milik pelanggan, sehingga Apple berusaha untuk tidak membuat backdoor di dalam software-nya.
Walaupun FBI meminta Apple untuk membuka jalan hanya untuk FBI, agar FBI saja yang dapat mengaksesnya, namun dengan kecanggihan teknologi saat ini, bukanlah hal yang tidak mungkin jika orang lain dapat meretasnya. Demi keamanan dan privasi pelanggan, Apple menolak semua permintaan FBI.
Lalu, reaksi perusahaan lain bagaimana?
Apple adalah perusahaan software dan hardware yang tentu saja sudah tak asing lagi. Perusahaan-perusahaan lain pun mengambil tindakan atas kasus ini. Ada yang mendukung Apple maupun yang mendukung FBI. Kebanyakan dari perusahaan tersebut adalah mendukung Apple.
Perusahaan seperti Microsoft, Google, Facebook, Yahoo!, WhatsApp, Twitter, dan LinkedIn mendukung keputusan Apple untuk menolak permintaan FBI. Selain itu perusahaan-perusahaan lain seperti Amazon.com, Box, Cisco Systems, DropBox, Evernote, Mozilla, Nest Labs, Pinterest, Slack Technologies, dan Snapchat juga semuanya mendukung Apple.
Dari seluruh perusahaan yang disebutkan, ada satu perusahaan yang sangat unik, yaitu McAfee. Apakah anda pernah mendengarnya? McAfee adalah perusahaan keamanan untuk software yang biasanya anda temukan di produk Antivirus. Penemu dari McAfee yaitu John McAfee menawarkan FBI untuk meretas iPhone 5C milik pelaku terorisme.
Apa yang ia inginkan adalah FBI tidak perlu meminta izin kepada Apple agar dapat melihat data-data iPhone 5C tersebut. FBI cukup memberikannya kepada tim McAfee. McAfee mengklaim bahwa tidak ada 1 orang pun di pihak FBI yang dapat meretas iPhone tersebut dan hanya McAfee beserta tim yang dapat melakukannya dan mereka berjanji untuk meretasnya dalam kurun waktu 3 minggu.
Lalu, apa dampaknya bagi saya sebagai konsumen?
Anda dan saya adalah pengguna teknologi seperti smartphone dan komputer. Dalam kasus ini, bukan hanya Apple saja yang bertarung, namun perusahaan teknologi lainnya juga membantu Apple. Kasus ini bukanlah hal yang bisa kita lupakan.
Bayangkan saja ketika ada 1 orang saja yang dapat mengakses smartphone anda akibat dari pertarungan sengit Apple VS FBI ini. Dia bisa melihat foto, video, dokumen, hingga siapa saja yang anda telpon dan dia bisa melakukannya kapan saja. Hal itu tentu saja sangat mengganggu dan merusak norma-norma masyarakat dimana semuanya berhak memiliki privasi atas kegiatan yang ia lakukan.
Sisi lainnya, kita semua tahu bahwa badan hukum seperti FBI ingin menolong masyarakat dengan mencoba membongkar sindikat terorisme secara cepat. Namun menurut saya, dengan meretas ke setiap perangkat dimanapun anda berada, hal tersebut tidaklah beretika. Sebaik-baiknya badan hukum, tetap saja tidak bisa kita percayakan begitu saja dan bukan hal yang tidak mungkin orang lain diluar dari FBI dapat meretas perangkat tersebut akibat Apple membuat backdoor di dalam software-nya.
Kesimpulan
Dalam kasus Apple VS FBI ini, saya sangat mendukung langkah Apple beserta perusahaan lainnya dalam menolak permintaan FBI. Alasan saya menolak adalah cara tersebut sangatlah tidak beretika, merusak HAM, dan yang paling utama adalah privasi. Saya pun mengerti bahwa pastinya ada cara lain selain cara ini. Lalu, bagaimana pendapat anda?
Sekian artikel Apple VS FBI: Pertarungan Sengit Tentang Privasi Dan Dampaknya Kepada Anda, semoga artikel ini bermanfaat. Jangan lupa untuk Like Facebook Windowsku untuk mengetahui artikel menarik lainnya. Jika anda ingin lebih tahu mengenai privasi pada saat browsing, berikut artikel yang harus anda baca: Apakah Cookie Dan Apa Dampak Privasi Yang Ditimbulkan?